Thursday, May 8, 2008

ATRIBUT DAN IDOLA SEMU

Setelah sekian lama bergabung dengan BTMC dan juga bergaul dengan klub motor yang lain, saya melihat banyak hal-hal yang menjadi pertanyaan pada diri saya. Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan logo-logo dan atribut yang dipakai oleh para bikers dan juga anak muda yang lain.

Apabila diperhatikan, hampir semua biker –sepertinya- sudah menjadi suatu kewajaran (bisA juga kewajiban) untuk menempelkan atribut ‘BAJINGAN’, ‘BRENGSEK’, ‘BANGSAT’, ‘BRANDALAN’ dan atribut lain yang mengandung kata-kata yang kurang pantas. Tetapi anehnya, banyak orang yang bangga menggunakannya. Bahkan, saya sempat kaget melihat seorang pengendara motor, dengan bangganya menggunakan kaos yang bertuliskan ‘LIFE FOR SATAN’,

Kecenderungan penggunaan atribut kasar ini semakin lama semakin menyebar, tidak hanya dikalangan biker, bahkan sporter sepakbola pun menggunakannya. Cobalah lihat helm dan motor para pendukung klub sepakbola di Indonesia…hampir bisa dipastikan ada atribut ‘WASIT GOBLOG’

Dikalangan anak muda yang suka nongkrong di jalanan, cobalah tanya idolanya..mereka hampir bisa dipastikan menjadi penggemar CURT COBAIN (yang matinya aja gara-gara narkoba. Apa yang bisa dicontoh?), baik dilihat dari kaosnya maupun gambar-gambar yang tertempel dikamarnya, dan bahkan yang lebih tragis lagi mereka juga bangga menggunakan kaos beratribut JACK DANNIELS (merek minuman keras…haram)…tetapi semuanya telah menjadi kebanggaan.

Gejala apa ini? Apakah pendidikan karakter selama ini telah salah arah? Sehingga menghasilkan generasi-generasi yang salah kaprah? Wallahu’alam

Wednesday, May 7, 2008

TERJERAT ‘UCAPAN’ SENDIRI

Oleh: Iwan Gunawan

Mungkin kita masih ingat peristiwa penangkapan Al Amin Nasution oleh KPK, berkaitan dengan kasus suap dilakukannya dalam mengubah status hutan lindung menjadi hutan produksi.

Sebelum kasus ini terungkap, Grup band Slank dengan keras menyuarakan anti korupsi melalui ‘Gosip jalan’ yang dinyanyikannya di Gedung KPK. Lagu ‘Gosip Jalan’ dalam waktu singkat telah mengguncang Gedung DPR, dan memang tak lama berselang Badan Kehormatan DPR berencana mengajukan gugatan kepada grup musik ini, karena memang DPR tidak merasa melakukan korupsi.

Tetapi, apa yang terjadi? Bagaikan disambar petir di siang hari, Badan kehormatan DPR mendapati ‘anak asuhannya’ ditangkap oleh KPK atas kasus suap yang dilakukannya, tak lama berselang setelah Badan Kehormatan DPR berang terhadap ‘Slank’…hari ini DPR telah termakan oleh ucapannya sendiri. Kejadian ‘termakan ucapan sendiri’ mungkin tidak hanya terjadi di DPR, tetapi juga bisa di sekolah/lembaga pendidikan.

Kalau kita mau jujur dan terbuka, betapa banyaknya guru yang merokok, baik secara sembunyi ataupun terang-terangan, tetapi disisi lain guru dengan gencarnya mengajarkan anak untuk hidup sehat, menjauhi narkoba, mengajarkan anak untuk tidak merokok.

Sama halnya dengan anjuran kita kepada murid untuk datang tepat waktu, tetapi masih banyak guru yang tidak bisa datang tepat waktu, sehingga ‘keterlambatan’ menjadi suatu hal biasa, bukan sesuatu ‘tidak biasa’.

Saya sendiri suka merasa heran, kenapa muncul istilah ‘ijin telat/terlambat’. Padahal ‘telat/terlambat’ adalah sebuat akibat dari proses yang kita alami. Kalau keterlambatan karena kejadian diluar dugaan kita seperti kecelakaan, ban kemps mungkin masih bisa ditolerir, tetapi ketika keterlambatan itu diakibatkan oleh kelalaian diri kita yang tidak bisa ‘memanage waktu’, tampaknya ‘ijin telat tidak berlaku.

Rumah jauh bisa disolusi dengan datang lebih pagi, macet bisa diatasi dengan mencari ‘jalan tikus’, hujan bisa diatasi dengan menggunakan jas hujan. Betapa banyak solusi yang bisa kita ambil. Hanya permasalahannya, mau atau tidak kita melakukannnya?

Di sekolah-sekolah yang sudah maju, keterlambatan telah dikaitkan dengan pemotongan biaya transport guru yang bersangkutan, sehingga semakin banyak telatnya, semakin besar potongan biaya transportnya. Tetapi masalahnya, kita sebagai guru bukan hanya mengajar, tetapi juga memberi contoh. Bila kita sebagai guru telah, secara langsung atau tidak telah memberi contoh untuk telat/terlambat kepada murid. Kita tidak senang melihat murid yang telat datang, tetapi mengapa anda sebagai gurunya juga datang telat?..lagi-lagi kita ‘termakan ucapan sendiri’

Tuesday, May 6, 2008

Ketika Lampu Merah menyala

Ketika lampu merah di persimpangan jalan menyala, saya pun segera menghentikan laju kendaraan (motor) tepat dibelakang garis putih bersama-sama pengendara motor yang lain, sementara di seberang saya terlihat seorang pengendara motor berhenti di depan ‘zebra cross’ sambil meraung-raungkan motornya. Sedikit demi sedikit si pengendara tadi mulai menjalankan motor dan bushhhhhh…motor melesat, sementara lampu merah masih tetap menyala.

Melihat kejadian ini, selintas terbesit dalam benak saya ‘betapa tidak sabarnya’ orang itu, dan ‘betapa tidak disiplinnya’ cara-cara seperti itu. Lampu merah pun padam dan semua pengendara yang tadi berhenti mulai menjalankan kendaraannya.
Saya teringat akan suatu slogan “taatilah rambu-rambu lalu lintas”, Ternyata slogan-slogan itu ‘memang’ benar-benar slogan, sementara pelaksanaannya masih dipertanyakan?
Saya sering mendengar dari teman-teman sesama biker ‘taat kalau ada aparat’.

Ketaatan kita di jalan raya selama ini masih dibatasi oleh frame ‘kalau ada aparat/polisi’, sementara kalau tidak ada aparat, kita bebas semau kita menjalankan motor bahkan kalau perlu semua rambu lalu lintas dilabrak…suatu pola pikir tidak mendidik.

Banyaknya pengendara yang melakukan pelanggaran lalu lintas, selain berkaitan dengan kualitas pendidikan yang dialaminya, juga dipengaruhi oleh sikap lingkungan yang terbiasa melanggar, bahkan aparatnya pun ada yang sering melakukan kesalahan/pelanggaran.

Cobalah lihat, ketika anda menjalankan motor berapa banyak orang yang tidak pakai helm, tetapi tidak pernah ditilang. Padahal dalam peraturan tentang lalu-lintas ‘siapapun yang tidak berhelm ketika naik motor aka ditilang”…gak ada realisasi.

Lalu mana tanggung jawab kita semua untuk menegakkan aturan, kalau kita sendiri tidak berusaha untuk sadar diri menjalankannya?

Sunday, May 4, 2008

Garansi

Oleh: Iwan Gunawan

Saya termasuk orang yang beruntung, karena bisa berguru pada salah seorang internet marketer dunia ‘Ahira’. Banyak hal yang saya terima dari ‘Ahira’, mulai dari modul pembelajaran yang tebal (dulunya ebook, tapi saya print…tebal deh) sampai trik dan teknik menghasilkan uang di internet.

Sekian lama belajar dari Ahira, ada satu hal menarik yang bisa saya petik yaitu ‘Garansi’. Ahira tidak akan memberi garansi KEBERHASILAN bagi semua muridnya, apabila semua ilmu yang –dalam bentuk modul- TIDAK DIPRAKTEKKAN oleh semua muridnya. Saking perlunya PRAKTEK, Ahira sampai mengluarkan suatu metode 5 P yang terdiri dari PRAKTEK, PRAKTEK, PRAKTEK, PRAKTEK dan PRAKTEK.

Ternyata benar juga, setelah saya PRAKTEK, sekarang saya jadi bisa membuat web sendiri, punya bisnis reseller sendiri dan bisa mencari uang di internet. Modul-modul yang selama ini jadi beban, ketika telah saya praktekan dengan kesabaran dan sedikit pengorbanan, akhirnya bisa membuahkan hasil. HASIL YANG TELAH SAYA PEROLEH telah melunturkan semua keluh-kesah saya ketika berhadapan dengan modul-modul yang tebal.

Hari ini,
Saya bekerja kembali di SD Salman Al Farisi. Betapa banyak aturan –yang saya analogikan sebagai MODUL- yang harus saya baca. Mulai dari aturan makan, aturan berpakaian, tata tertib wudlu, jadwal pengawasan wudlu, pengawasan sholat dan masih banyak ‘modul-modul’ lainnya.

Rasanya ‘PENGAP’juga, kalau kita harus mempraktekkan semua ‘modul’ ini. Tapi bagaimana halnya dengan GARANSI KITA kepada orang tua yang menyekolahkan anaknya disini, seandainya tidak kita PRAKTEKKAN? Saya yakin, teman-teman SUDAH PRAKTEK. Tapi sudah sampai ‘5P’ belum? Kalau belum, kita masih punya waktu untuk MEMPRAKTEKKAN dan MEMPRAKTEKKANYA KEMBALI sampai akhirnya GARANSI ITU BISA KITA BERIKAN PADA ORANG TUA.

Kita akan merasa NIKMAT seandainya hasil PRAKTEK kita bisa kita lihat : anak yang soleh, dating tepat waktu, wudlunya betul, hormat pada guru, sholatnya benar dan tertib dan perilaku baik lainnya. Apabila melihat hasilnya seperti ini, rasa-rasanya kekesalan, pengorbanan dan ujian kesabaran yang selama ini kita dari terima, baik dari murid dan orang tua…TERBAYAR SUDAH…sama halnya dengan saya ketika pertama kali mendapat surat dari GOOGLE sebagai bukti pencairan uang sebagai buah dari pengorbanan dan praktek saya di dunia internet marketer…SELAMAT PRAKTEK TEMAN!
 

WHEN SUHENG TALK... Template by Ipietoon Cute Blog Design