Oleh: Iwan Gunawan
(diilhami oleh kejadian tahun lalu)
Nafasku mulai terasa sesak dengan kepulan asap rokok dan kaki ini sudah terasa pegal. Betapa tidak pegal, karena aku dan Pak Otang sudah berdiri di ruangan pengap kantor pos ini sejak pukul 07.00 pagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.05, akan tetapi nama SD Salman Al Farisi belum juga dipanggil dalam urutan pengambil tunjangan fungsional guru-guru. Lengkap sudah penderitaanku hari ini..cape, pegal dan kesel..!
Ditengah kepenatan kami, tiba-tiba pada pukul 17.25 sore terdengar sebuah panggilan keras dari pengeras suara di ruangan ini….SD Salman!...Alhamdulillah, akhirnya tiba juga saat bagi saya dan Pak Otang untuk mengambil tunjangan fungsional. Sudah terbayang dalam pikiran saya, betapa bahagianya teman-temanku akan menerima tunjangan ini…setelah kuhitung, akhirnya kami berdua menerima uang sebesar Rp 55.000.000. suatu jumlah yang tidak sedikit.
Saking banyaknya uang ini, sampai-sampai teman-temanku dari SD lain menyarankan agar aku dikawal. Tetapi dengan keyakinan saya dan Pak Otang, akhirnya uang tersebut kami bawa bersama-sama.
Semua rasa cape, kesal dan lelah seketika hilang, yang ada hanya rasa bahagia bisa membawa uang tunjangan untuk teman-temanku…
Betulkah aku bahagia? ternyata kebahagiaanku hanya bertahan dua hari. Kini yang ada hanyalah rasa sakit hati dan bingung dengan semua yang terjadi, sebab disaat pembagian tunjangan fungsional, beberapa orang guru tidak setuju tunjangan itu dibagi untuk teman yang lain… ke’ego’annya telah muncul. Padahal tak pernah sekalipun saya dan Pak Otang membayangkan hal seperti ini bakal terjadi..
Bukankah aku yang dapat tunjangan ini? Ngapain harus dibagi…
Yang tidak dapat tunjangan, itu belum rejekinya…
Aku kan jam ngajarnya 24 jam, ngapain yang jam ngajarnya kurang harus dibagi..
Itu kan hak saya..!
Dan masih banyak keegoan lain yang muncul…ternyata usaha saya dan Pak Otang hanya bisa dihargai dengan sebuah keegoan, tanpa pernah berfikir rasa pegal, cape dan kesal yang kami alami…!
Hari ini aku mencoba untuk merenung…
Ternyata, hanya karena uang ajaib..yang kita sendiri tidak pernah mengeluarkan sedikitpun keringat untuk uang ini…idealisme kita hilang…persahabatan renggang…muncul keegoan…pemimpin tidak dihargai,..demi UANG AKU!!. Teman ternyata KITA SUDAH KALAH!
Padahal, selama ini kita bekerja dan melaksanakan kegiatan bersama-sama serta semuanya saling membantu. Tidak ada ego yang muncul, karena mungkin pada saat itu kita sadar bahwa kita mahluk social ‘yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain’. Hal ini pun berlaku pada saat uang tunjangan akan dicairkan, ada manajemen yang memberi pertimbangan guru mana saja yang patut diajukan, ada TU yang membuat surat untuk pengajuan dan mengantarkannya pada lembaga terkait, manajemen dan TU yang mencairkan uang.…semuanya tidak berjalan sendiri karena ‘ego’, tetapi berjalan atas kebersamaan
Saat ini saya dan mungkin juga anda mengajar 24 jam atau lebih. Saya dan juga anda, bisa mengajar dengan jumlah jam seperti itu, karena ada teman-teman di sekitar kita yang mau berbagi beban mengajar kita. Seandainya tidak ada teman-teman yang mau, mungkin saat ini kita bisa mengajar di SD Salman Al Farisi sampai 36 jam atau lebih!. Terima kasih teman, kau sudah mau menanggung sebagian beban mengajarku.
Tapi teman,
Maukah kau berbagi kembali denganku (secara ikhlas) ketika kau mendapat kenikmatan? Sebagaimana engkau berbagi beban mengajar kepada denganku
“Dari Abu Hurairah ra katanya Rasulullah SAW bersabda “seorang hamba (manusia) berkata, “Hartaku! Hartaku! Padahal hartanya yang sesungguhnya hanya tiga macam: (1) apa yang dimakannya lalu habis. (2) apa yang dipakainya lalu lusuh. (3) apa yang disedahkannya lalu tersimpan (untuk akhirat). Selain dari yang tiga macam itu lenyap atau ditinggalkan bagi orang lain” (HR. Muslim)
Sunday, September 21, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment