Sunday, March 2, 2008

Ratna Megawangi: Sosok Seorang Ibu yang Bermazhab “Membiarkan Berbeda”

Membiarkan Berbeda? adalah judul sebuah buku karya Ratna Megawangi. Buku yang mulai ditulis pada tahun 1997, dan selesai persis seminggu setelah “Tragedi Nasional 14 Mei 1998”, itu diterbitkan oleh Penerbit Mizan pada 1999. Membiarkan Berbeda? memuat berbagai postulat dasar, ideologi, paradigma, dan contoh-contoh tentang kegagalan ide kesamarataan lelaki-perempuan di berbagai negara terutama di negara komunis. “Pria dan wanita, pada dasarnya, adalah berbeda,” tulis Ratna tegas sembari menawarkan sudut pandang baru tentang relasi gender.

Sudut pandang baru tentang relasi gender yang ditawarkan Ratna akhirnya meledak. Sudut pandang baru itu melawan arus besar justru pada saat kesetaraan sedang digaungkan oleh para penggagas gerakan feminisme. Membiarkan Berbeda? menjadi buku yang benar-benar berbeda sehingga menarik perhatian seorang mahasiswi asing asal Sidney, Australia. Buku yang, menurut penulisnya, diinspirasi oleh karya Sachiko Murata, The Tao of Islam, ini dijadikan bahan pembuatan tesis oleh mahasiswi tersebut.

”A Textual Analisys of Membiarkan Berbeda” demikian judul tesis sang mahasiswi yang kuliah di The Australian National University. Menurut sang mahasiswi, Membiarkan Berbeda? adalah satu-satunya buku yang pernah dia baca yang memberikan solusi terhadap relasi gender yang lebih harmonis. “Karena, memang, di buku itu, khususnya di bab terakhir, saya menawarkan semacam solusi, tak sekadar antagonisme. Tetapi, solusi yang saya tawarkan saya pijakkan pada keharmonisan dalam keluarga,” kata Ratna Megawangi. (Foto dan materi tentang Ratna Megawangi diambil dari tokohindonesia.com).

Kini, Ratna melebarkan sayapnya untuk lebih concern dalam membangun anak-anak Indonesia yang lebih berkualitas. Setelah Membiarkan Berbeda?, dia pun menekuni pendidikan anak-anak. Konsep pendidikan untuk anak-anak ini kemudian dinamai pendidikan holistik berbasis karakter. Intinya, pendidikan harus mampu menggarap seluruh potensi anak didik. Hasil akhir dari penggarapan secara holistik potensi anak didik ini adalah lahirnya manusia-manusia Indonsia yang berkarakter.

Lewat Yayasan Warisan Luhur Indonesia (Indonesia Heritage Foundation), yang didirikan pada tahun 2001, Ratna dan kawan-kawan mulai mempraktikkan konsep dan gagasannya tersebut di sekolah-sekolah yang didirikan dan dikelolanya sendiri. Yayasannya pun rajin menerbitkan buku-buku yang menunjang konsepnya itu. Dalam salah satu buku terbitannya, yang ditulis oleh Ratna Megawangi, Rahma Dona, Florence Yulisinta, dan Wahyu Farrah Dina, dijelaskan secara praktis bagaimana menerapkan teori DAP (Developmentally Appropriate Practices) untuk anak-anak usia dini (0-8 tahun).

Dalam buku yang dijuduli Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan: Seri Petunjuk Praktis untuk Para Pendidik, dijelaskan bahwa konsep DAP dalam pendidikan anak memungkinkan para pendidik untuk memperlakukan anak didik sebagai individu yang utuh (the whole child). Konsep DAP melibatkan empat komponen dasar yang ada pada diri anak, yaitu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings).

Pikiran (temasuk imajinasi), keterampilan, sifat alamiah, dan emosi anak bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Apabila sistem pembelajaran di sekolah dapat melibatkan semua aspek tersebut secara bersamaan, dijamin perkembangan intelektual, sosial, dan karakter anak dapat terbentuk secara simultan. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang sesuai dengan konsep DAP dianggap dapat mempertahankan bahkan meningkatkan gairah dan semangat anak-anak dalam belajar. []

0 comments:

 

WHEN SUHENG TALK... Template by Ipietoon Cute Blog Design