Oleh: Iwan Gunawan
Guru SD Salman Al Farisi
Setiap orang pada dasarnya ingin mengecap kebebasan. Kebebasan pada dasarnya adalah anugrah dan fitrah dari sang Khalik. Dengan kebebasan, kita bias berekspresi, bekerja dan menentukan masa depan dengan tenang tanpa ada tekanan dan ancaman.
Kebebasan manusia bukanlah kebebasan tanpa aturan dan norma. Kebebasan manusia adalah kebebasan yang dibatasi oleh norma kehidupan, baik norma susila, norma bermasyarakat dan norma kehidupan lainnya.
Manusia adalah mahluk social, mahluk yang tidak bias hidup dan bergantung pada orang lain. Sehingga setiap tindak tanduk manusia harus pula memperhatikan orang lain.
Ketika suatu kebebasan dirinya diatasnamakan ‘hak saya’ dengan berlabel kebebasan pribadi, maka kekebasannya akan berubah menjadi ‘homo homini lupus’ manusia akan menjadi serigala bagi yang lain.
Ketika kita gencar mendukung aksi rancangan undang-undang anti pornographi, banyak mayarakat Indonesia yang mengatasnamakan ‘hak asasi manusia’ menolak undang-undang tersebut. Semua diatasnamakan ‘hak saya’ (hak untuk membuka aurat, hak memakai baju kurang kain, hak untuk memperlihatkan udel, hak untuk memperlihatkan (buah, maaf) dada dan tidak pernah diatasnamakan ‘kewajiban saya’ (kewajiban untuk memberi contoh yang baik, kewajiban untuk berbaju yang sopan dan menutup aurat, kewajiban untuk menghargai orang lain, dsb)
Banyak orang yang telah ‘menjadi’ lupus bagi orang lain. Sama halnya dengan Geert Wilders yang dengan paham ‘taklidisme’ dan paham kekebebasan murni berbuat apa saja untuk memojokkan suatu kaum, dengan tidak memperdulikan adanya ketersinggungan, rasa sakit hati dan mengancam kehidupan orang lain. Film ‘fitna’ yang tidak bermutu sebagai buah karya agungnya, telah menjadi ikon penyebaran fitnah atas nama ‘kebebasan’. Ia perlihatkan Islam sebagai agama kekerasan, pembunuh, penghancur martabat manusia, pengekang kekebabasan, terorisme…tapi ssttt..ini rahasia, ternyata si Geert Wilders itu salah seorang yang sangat dekat dengan Israel (mungkin juga ia punya darah Israel) dan sangat mendukung pembunuhan warga Palestina…lalu siapa yang jadi ‘real murder’..lempar fitnah sembunyi tingkah.
Tampaknya, kebebasan dia untuk berbuat seperti itu tidaklah menjadi sesuatu yang aneh, sebab apabila dilihat dari kultur dan sejarahnya, ternyata bangsa-bangsa Eropa dan Amerika adalah bangsa-bangsa penganut paham kebebasan. Mungkin kita masih ingat, atas nama penegakkan demokrasi dan perdamaian dunia sebagai kedok utamanya, bangsa-bangsa ini dengan seenaknya menjajah (invasi) Negara Afghanista, Irak dan yang sedang dalam ancaman dalah Negara Iran. Sesudah hancur dan tidak stabil negara yang dijajahnya, terus ditinggalkan begitu saja..habis manis sepah dibuang.
Sekali lagi, atas nama kebebasan pula, saya tulis artikel singkat ini. Kebebasanku adalah nuraniku, bukan ambisi butaku..
Sunday, March 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment