Tuesday, March 18, 2008

Menjadi 'The Inspiring Teachers'

oleh:
Hernawati Kusumaningrum
Guru SMP Al Hikmah Surabaya

Anda sudah membaca Laskar Pelangi, novel karangan Andrea Hirata? Salah satu contoh the inspiring teachers akan Anda temukan di novel best seller ini. Mengapa? Karena menurut pengakuan sang penulisnya, novel ini ditulis untuk sang guru tercinta. Karena guru tersebut mampu mentransfer tidak saja ilmu-ilmu akademik tapi juga ilmu kehidupan. Karena guru tersebut mampu memuaskan tidak saja dahaga anak akan ilmu pengetahuan tapi juga cinta dan kasih sayang, membasahi syaraf-syaraf otak, rasa dan ruhaninya. Karena guru tersebut mendedikasikan dirinya tanpa pamrih, meletakkan pondasi bagi tumbuhnya mimpi-mimpi dan memberikan kekuatan untuk meraihnya. Karena guru tersebut telah menginspirasi hidupnya.

Lalu bagaimana dengan kita? Sudah mampukah diri kita menjadi inspirasi anak didik kita? Ada dua kata kunci untuk menjawab pertanyaan itu. Pertama, kompetensi. Bagaimana guru bisa menginspirasi anak didiknya jika kompetensinya masih dipertanyakan? Guru harus mengoptimalkan kompetensinya, baik itu kompetensi akademik maupun paedagogiknya.

Salah satu cara untuk mengoptimalkan kompetensi guru adalah belajar. Guru harus menjadi manusia pembelajar, penganut paham long life education. Dengan demikian, ilmunya tidak akan stagnan. Ia akan berkembang seiring perkembangan waktu dan akan selalu up to date. Selain itu, guru harus benar-benar memahami realitas individual difference setiap anak didiknya. Bahwa setiap anak itu unik, masing-masing mereka mempunyai kemampuan yang berbeda baik itu kemampuan fisik, mental, intelektual, dan spiritual sehingga cara guru berinteraksi dengan mereka pun harusnya berbeda. Kompetensi seperti ini juga harus diasah, ia tidak boleh berhenti ketika kita, guru telah menyelesaikan pendidikan kita.

Pemerintah sendiri telah menggencarkan program sertifikasi untuk meningkatkan kompetensi guru. Sayangnya, masih banyak di antara kita, guru-guru yang menganggap program ini hanya berkaitan dengan uang, tunjangan, sehingga berlomba-lomba mengumpulkan sertifikat dan bukan ilmu yang diperoleh dalam sebuah kegiatan.

Maka tidak heran jika kemudian sertifikat menjadi komoditi bagi orang-orang yang membaca peluang. Seminar sertifikasi pun menjamur dengan pengelolaan yang tidak profesional, kasus jual beli sertifikat, dan sertifikat palsu untuk menyebut beberapa. Padahal, esensi sebenarnya program ini begitu mulia, yakni bagaimana meningkatkan kompetensi guru sehingga berimbas pada peningkatan kualitas pendidikan di negara kita.

Kedua, komitmen. Selain berkompetensi optimal, guru dituntut memiliki komitmen yang tinggi terhadap pendidikan. Seorang guru bukan hanya pengajar tapi ia juga pendidik. Ia tidak hanya mentransfer ilmu tapi juga nilai-nilai. Justru transformasi nilai inilah bagian terpenting dalam pendidikan. Ia akan dibawa anak sampai dewasa. Bahkan ketika ia menjadi pemimpin, ia akan membawa nilai-nilai yang diwariskan sang guru pada mereka.

Bagaimana guru mengubah prilaku anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang berprilaku buruk menjadi lebih baik, untuk menyebut beberapa. Maka dibutuhkan jiwa yang benar-benar memahami arti pendidikan itu sendiri. Jiwa-jiwa yang bebas, ikhlas tanpa batas. Sehingga, setiap tutur kata yang keluar dari lisannya adalah mutiara, dan setiap tindak-tanduknya adalah teladan. Guru seperti inilah yang mampu menginspirasi siswanya.

Langkah Baru
Tingkatkanlah kompetensi diri. Jangan pernah lelah dan malu untuk belajar. Bukankah di era informasi saat ini, akses belajar menjadi sangat mudah? Media massa, elektronik, dan internet bukan barang baru lagi. Sudah saatnya bagi guru untuk melek IT.

Selain itu, tumbuhkan komitmen positif kita sebagai guru. Guru adalah profesi yang mulia, ladang pahala. Namun kalau kita menjalaninya tanpa profesionalitas dan komitmen yang tinggi, guru hanya sekadar menjadi profesi. Ia hanya mengajarkan ilmu tanpa ruh. Peningkatan kompetensi dan komitmen guru sangat membutuhkan dukungan pemerintah, dalam hal ini Diknas.

Jadi, program sertifikasi sebenarnya sudah on the right track. Tinggal bagaimana mengimbanginya dengan kontrol yang ketat agar guru yang benar-benar lolos sertifikasi adalah mereka yang memang memenuhi kualifikasi tersebut. Upaya pemerintah memberikan diklat-diklat yang mengiringi program tersebut hendaknya dikelola dengan lebih profesional sehingga tidak terkesan hanya menghabiskan anggaran atau sekedar proyek semata. Selain itu dukungan dari masyarakat juga tidak kalah pentingnya.

Sekarang tinggal kita, bagaimana para guru ini menyikapinya. Segera tetapkan langkah menuju guru yang 'baru', guru yang inspiratif di tahun 2008 ini.

( )

Monday, March 17, 2008

Mendidik Karakter ala Biker


Oleh: Iwan Gunawan
Guru SD Salman Al Farisi Bandung

Berbicara tentang biker dengan klub motornya, mungkin pikiran kita akan ‘menghukum’ kelompok ini dengan kehidupan serba bebas, alcohol dan mungkin juga dengan tindakan kriminal, sebagaimana yang ditampilkan oleh para ‘genk’ motor. Tetapi sebenarnya ada perbedaan mendasar antara klub motor dengan genk motor. Perbedaan ini terletak pada penerapan aturan kehidupannya. Biker dengan klub motornya relative lebih teratur –terutama klub motor resmi – dibandingkan dengan genk motor yang tidak mempunyai aturan sama sekali.

Di tengah kerasnya kehidupan para biker, ternyata ada suatu aturan yang tidak tertulis (walaupun sekarang sudah ada aturan tertulisnya) tentang cara berkendara yang aman di jalanan. Aturan tidak tertulis ini berlaku di seluruh dunia biker.

Pengalaman penulis sebagai biker di BTMC (Bandung thunder motor club) selama beberapa tahun, telah memberikan suatu pengalaman tersendiri di tengah kehidupan para biker. Kesan dan anggapan selama ini tentang biker, ternyata tidak seburuk yang saya kira. Bahkan banyak hikmah yang bisa saya ambil dari pergaulan dengan mereka, mulai dari cewek yang suka merokok, memodifikasi motor, pengetahuan tentang mesin sampai keberanian mereka melibas bis yang tidak memberi jalan pada konvoi kami.

Tetapi satu hal paling menarik yang bisa diambil dari kehidupan para biker adalah cara mereka memimpin barisan konvoi. Di depan ada co-rider, disamping dan dibelakang ada sweeper. Sedangkan semua anggota konvoi yang diapit harus mengikuti semua aturan co-rider dan sweeper. Tidak boleh ada yang melanggar. Betapa disini pemimpin konvoi sangat dipatuhi. Alhasil perjalanan pun terasa indah dan bersahabat.

Sebelum pemberangkatan, semua anggota konvoi diperiksa kelengkapan berkendaranya, mulai dari kaca spion, klakson, jaket pelindung hingga kaos tangan. Semua anggota harus lengkap, dan dilanjutkan dengan doa bersama.

Apabila co-rider mengepalkan tangan sambil diangkat, berarti semua harus melakukan pengereman. Perintah ini tanpa dikomandoi akan dilanjutkan hingga ke barisan paling akhir. Semua anggota konvoi bersama-sama melakukan pengereman, sehingga tidak terjadi tabrakan beruntun.

Apabila co-rider mengangkat satu kaki atau keduanya, berarti pemimpin konvoi memberitahukan ada lubang atau sesuatu yang membahayakan biker dikiri atau dikanan mereka. Untuk kali ini pun, semua anggota konvoi tanpa dikomandoi melanjutkan perintah yang sama dengan pemimpinnya. Dengan adanya kepatuhan terhadap pimpinan maka semua anggota terlepas dari ‘kemungkinan’ kecelakaan yang bakal terjadi.

Ketika ada anggota konvoi yang keluaran barisan, maka tim sweeper akan mengarahkannya untuk kembali ke barisan, dan ketika anggota konvoi tertinggal di belakang, maka tim sweeper akan mengawalnya, hingga bisa bersatu kembali dengan barisan yang lainnya.

Ini hanya satu gambaran kecil tentang kehidupan biker, akan tetapi hikmah yang bisa dipetik adalah
1) adanya sikap saling mengingatkan apabila terjadi suatu kesalahan atau saat menghadapi keadaan yang bisa menyebabkan celaka.
2) Pemimpin senantiasa memberi contoh yang baik pada bawahannya, sehingga semua anggota ikut berperilaku sama.
3) Pemimpin tidak mau maju sendiri, ia senantiasa menunggu anggota untuk bersama-sama mencapai tujuan.
4) Adanya penghargaan dari bawahan terhadap pemimpinnya.
5) Adanya kepedulian antar sesama anggota, sehingga tercipta kerukunan dan persahabatan yang kuat

“Ya, Allah dengan NamaMu aku berkendaraan dan dengan NamaMu aku sampai di tempat tujuan, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

Sunday, March 16, 2008

SEMUA HARUS SEKOLAH

Baru-baru ini, saya bersama dengan teman-teman seperjuangan mulai merintis penggalangan dana untuk anak-anak tidak mampu dalam meneruskan pendidikannya.

Program ini sebenarnya sudah berjalan sekitar tahun 2005, dimana pada saat itu pendanaan untuk anak-anak kurang mampu berasal dari infak anak-anak SD Salman Al Farisi (www.salman-alfarisi.com)yang dikumpulkan pada setiap hari Jum'at.

Ada dua jenis anak asuh yang kami bina, diantaranya anak asuh intensif, dimana dana infak diserahkan kepada Rumah Zakat Bandung, sehingga anak-anak asuh ini dikelola langsung oleh Rumah Zakat Bandung. Sedangkan anak asuh independent adalah anak asuh yang dikelola oleh teman-teman kami para guru (dengan mengambil anak kurang mampu yang ada di dekat rumahnya), untuk selanjutnya pemberian dana diamanahkan kepada guru yang bersangkutan dengan sebelumnya membawa surat tanda terima infak.

Semua dana yang masuk dilakukan pencatatan dengan baik dan insya Allah akan dipertanggungjawabkan secara profesional dan amanah, dan melalui blog ini pula akan kami tayangkan photo dan profil anak asuh yang sudah kami bina
 

WHEN SUHENG TALK... Template by Ipietoon Cute Blog Design