Thursday, November 22, 2007

Menjadi diri sendiri atau seperti kemauan kita?

Kemarin saya bertemu seorang kawan di sebuah acara dia bercerita banyak tentang anaknya, yang menurutnya sering susah disuruh belajar, sering susah disuruh les kumon, nggak serius kalo belajar, males les piano dan segudang keburukan lain.Lalu saya balik bertanya, sudahkah buat kesepakatan dengan anak waktu untuk belajar? Les kumon, les piano atas kemauan siapa?Dengan santai dan tanpa bersalah teman saya menjawab, saya khan pengin anak saya juga bisa mahir main musik jadi juara kelas, khan saya sudah capek cari biaya, masak dia gak mau berprestasi. Coba jeng bayangin saja…anak tetangga saya itu rajin-rajin….pinter-pinter….penurut, gak kayak anak saya…bandel…Saya kembali tersenyum….saya tidak berkomentar banyak terhadap kawan saya tersebut karena sebelum saya sempat berkomentar sudah ada tamu lain yang sama menghadiri acara tersebut. Namun saya jadi berfikir dan tergelitik untuk menulis di blog ini, mudah-mudahan kawan saya membaca blog ini dan mulai sadar atas sikapnya.

Seringkali kita memaksa anak kita menjadi juara ini, pandai ini dan ahli itu, kita tidak pernah memperhatikan apa sebenarnya yang anak kita inginkan, semakin tinggi pendidikan dan kedudukan seseorang banyak yang berfikir ‘anaknya harus sukses seperti dia’. Kita seringkali lupa bahwa anak kita punya keinginan sendiri, punya dunia sendiri. Bukankah anak kita lahir sebagai pribadi yang unik? pribadi-pribadi yang istimewa? Pernahkah kita membiarkan anak kita berbahagia bermain, mengikuti kesenangan dan keinginannya?Mendidik anak menjadi yang terbaik adalah kewajiban para orang tua, namun bukan berarti menjadi diri kita.Kalau anak susah dan gak mau belajar pastilah ada sebabnya, bisa jadi dia tidak tahu kenapa dia harus belajar, kenapa dia tidak boleh bermain.

Pernahkah kita jelaskan kepada anak kenapa anak kita harus belajar? Jika sudah alhamdulillah, berarti kita sudah menjadi orang tua yang baik, namun jika belum sebaiknya kita belajar lagi bagaimana mendidik anak kita agar mau belajar. Kenapa tidak kita buat kesepakatan supaya anak kita dengan rela belajar tanpa kita suruh?Kemudian soal les, kita tidak perlu memaksa anak kita ikut les ataupun kursus yang sebenarnya tidak diminati oleh anak kita hanya sekedar untuk gengsi kita…atau supaya ini dan itu, tanyakan dulu pada anak kita, lihat juga kemampuan dan bakatnya, jangan sampai anak kita terlalu sibuk dan tidak punya waktu untuk bermain.

Ada orang tua yang karena kesibukannya bekerja ingin anaknya ikut sibuk, sehingga dari pagi hingga petang anaknya diberi kesibukan berbagai kursus. Kenapa anak yang harsu jadi korban karena kita sibuk? Bukankah dunia anak adalah dunia bermain yang menyenangkan?Kita kembali pada diri kita masing-masing, sudah benarkah kita mendidik putra putri kita, dan jangan paksa mereka menjadi diri kita karena mereka bisa menjadi diri mereka sendiri.

0 comments:

 

WHEN SUHENG TALK... Template by Ipietoon Cute Blog Design