Tuesday, September 9, 2008

Pembentukan Moral Anak Diawali dari Orangtua

Sumber: republika
Dunia anak-anak sarat dengan pembelajaran. Tidak heran jika mereka berprilaku salah. Tugas orangtua adalah membimbing dan mengingatkan. Hal itu juga terkait dengan pembentukan moral dalam diri anak.

Bisa saja anak sudah memahami prilaku yang benar, namun belum tentu dia akan berperilaku sesuai pemahamannya itu. Sebab, mengetahui dan berperilaku benar, bagi anak merupakan dua hal yang berbeda.

Penulis buku Building Moral Intelligence: The Seven Essential Virtues That Teach Kids to Do the Right Thing, Dr. Michele Borba, mendefinisikan kesadaran (conscience) sebagai pengetahuan tentang yang benar dan berperilaku berdasarkan pengetahuan akan yang benar itu.

Terjadinya tawuran, vandalism, pelanggaran aturan, atau perusakan lingkungan, menunjukkan tidak adanya kesadaran pada seseorang atau sebagian masyarakat.

“Anak harus belajar hal ini sejak kecil,” saran Michele, peraih penghargaan untuk pendidikan moral anak.

Pengajar di Bagian Psikiatri, ilmu-ilmu Perilaku dan dokter anak dari Universitas George Washington, Amerika Serikat, Stanley Greenspan MD menyebutkan dua elemen kesadaran pada proses pembentukan moral.

Elemen pertama kesadaran yaitu mengenali. Anak mengenali prilaku tertentu itu salah. Elemen kedua adalah pengendalian diri. Anak mengendalikan diri untuk tidak melakukan hal yang salah

Sementara itu, Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono, Psi dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan, moral merupakan kumpulan adat dan kebiasaan yang bisa dilihat dari sesuai yang konkrit, misalnya menolong adik adalah perbuatan baik, sebaliknya menyakiti binatang adalah perbuatan tidak baik.

“Moral merupakan sesuatu hal yang bisa diajarkan. Moral membantu memilih bukan hanya yang benar tetapi yang baik,” ujar Sarlito dalam artikel “Mengasah Moral Anak” yang dirilis oleh Dancow Parenting Center.

Sarlito juga mengatakan, moral berkembang juga dari logika dan penalaran. Sehingga penjelasan mengenai mengapa dan kenapa, diskusi serta keterbukaan terhadap berbagai pandangan sangat berperan dalam pembentukan moral.

“Faktor yang mempengaruhi pembentukan moral, ialah pola pengasuhan orangtua, norma dan budaya, pendidikan, pergaulan dan kepribadian,” tutur Sarlito.

Norma sosial yang pertama kali dikenal anak yaitu melalui orangtua. Oleh karena itu, sangat penting dalam perkembangan moral anak, belajar alasan dari hal-hal yang boleh atau tidak dan hal yang baik atau buruk.

“Kemudian, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi juga kemungkinan pemahaman terhadap moralitas. Walaupun, tidak otomatis menjami terjadinya perilaku bermoral,” tegas Sarlito.

Anak yang memiliki kepribadian terbuka dan fleksibel, terang Sarlito, umumnya akan lebih mudah bersosialisasi sehingga semakin banyak pengalaman sosial yang dialami yang semakin mengasah moralnya.

Lalu, lanjutnya, melalui pergaulan dengan lingkungan sekelilingnya, misalnya memiliki teman dekat dan sering terlibat dalam obrolan dan diskusi dengan teman akan membuka pandangan sehingga anak makin terasah moralnya.

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa praktek pengasuhan anak dalam lingkungan yang kondusif dan gaya orang tua sebagai pendidik moral memberi peran penting dalam menumbuhkan perilaku etis.

Perilaku orang tua sehari-hari terhadap tetangga, pembantu rumah tangga, binatang peliharaan, pilihan bacaan, pilihan tayangan televisi, dan tanggapan orangtua terhadap masalah moral seperti anak berbohong pada teman, diperhatikan dan dipelajari anak dengan sungguh-sungguh. (berbagai sumber/ri)

0 comments:

 

WHEN SUHENG TALK... Template by Ipietoon Cute Blog Design